Sunday, September 8, 2013

ORANG BERILMU, ORANG YANG BERMANFAAT

Bismillaahirrahmaanirrohiim....

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Kali ini saya akan mencoba menyampaikan kembali sebuah materi yang saya dapat dari pengajian yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Cipondoh hari ini. Dimana tema yang diangkat adalah tentang orang yang berilmu. Ada sebuah kutipan mengatakan Ilmu tanpa Agama itu BUTA dan Agama tanpa Ilmu itu LUMPUH. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Agama dan Ilmu adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Dalam sebuah firman, Allah SWT. mengatakan yang artinya : ".... Katakanlah, "Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar [39] : 9)

Ayat ini menyatakan bahwa seseorang yang berpengetahuan, seseorang yang pintar tidak akan sama dengan seseorang yang bodoh, yang tidak tahu apa-apa. Dan hanya orang-orang yang berpengetahuanlah, yang memiliki akallah yang dapat menerima pelajaran, menerima hidayah dari Allah SWT. Sebagai contoh, orang yang memiliki mobil rusak, kalo dia orang yang memiliki pengetahuan pasti dia akan bawa ke bengkel, tidak mungkin dia bawa ke toko matrial. Seorang yang memiliki ilmu juga pasti akan memiliki posisi yang tinggi di sebuah perusahaan, misal sebagai direktur, dan lain-lain. Beda dengan orang yang tidak berilmu, meski dia memiliki badan yang kuat atau sebagainya kalau dia tidak memiliki pengetahuan apa-apa maka dia akan sulit mendapatkan pekerjaan.

Dalam surat lain, Allah SWT. juga mengatakan yang artinya : ".... niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujaadalah [58] : 11)

Begitu mulianya orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu sampai-sampai Allah menjanjikan akan mengakat beberapa derajatnya. Subhanallah, betapa beruntungnya mereka. Mereka yang beriman dan berilmu tidak hanya dipandang oleh masyarakat sekitar tapi juga dipandang oleh Allah SWT.

Lalu orang seperti apakah orang yang berilmu itu?

Dalam sebuah hadis dikatakan, "Orang yang berilmu itu adalah orang yang baik" lalu di hadis lainnya, "Orang yang baik itu adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain". Di hadis lainnya juga dikatakan, "Orang yang bermanfaat itu bagai sebuah pohon yang rindang, berbuah banyak dan berakar kuat".

Maka jelaslah, orang yang berilmu disini adalah orang yang dapat memberikan manfaat bagi orang banyak. Kita bisa bayangkan sebuah pohon yang rindang, berbuah banyak dan berakar kuat. Disana kita bisa berteduh di bawahnya, memetik dan memakan buahnya.

Ajaran Islam adalah ajaran yang bermanfaat, jika kita hanya menyimpannya untuk diri kita maka bisa dibayangkan betapa ruginya kita. Di Negara maju, anak-anak kecil mereka sudah diajarkan hal-hal yang bermanfaat, lalu mereka mempraktekannya, mengapa kita tidak?

Dalam QS. An-Nahl [16] : 78 yang artinya : "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur."

Allah SWT. katakan bahwa dulu, saat kita dilahirkan, kita tidak mengetahui apa-apa. Dia berikan kita pendengaran, penglihatan dan hati agar kita bersyukur. Lalu bagaimana kita bersyukur? Banyak orang dikasih telinga namun tidak mendengar, tidak mendengar apa yang diperintahkan Allah. Diberi mata namun tidak melihat, tidak melihat kekuasaan Allah. Maka kita sebagai orang yang beriman harus menggunakan segala pemberian itu dengan baik, untuk mencari ilmu dan memahami segalanya, maka kita akan dapat bersyukur kepada Allah SWT.

Saya rasa hanya itu yang dapat saya sampaikan. Kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. dan kesalahan itu milik kita para manusia. Akhir kata Nuun Walqolami Wamaayasthuruun

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

2 comments:

  1. terima kasih banyak tausyiah, bagus banget untuk diri kita untuk senantiasa belajar dan menjadi orang yg berlim agar derajat kita dinaikkan olehNya.

    salam
    Omjay
    http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/09/11/7-cara-menulis-dalam-keadaan-kepepet-590763.html

    ReplyDelete